Friday, August 24, 2012

Republik Petruk


Blog EntryJan 26, '09 4:46 AM
for everyone
LUAR BIASA. Itu yang bisa diucapkan setelah melihat pementasan teater koma dengan judul REPUBLIK PETRUK di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki semalam.(25/1).

Teater paling populer dan paling bagus di Indonesia itu menampilkan produksinya yang ke-116 dengan lakon yang mirip dengan lakon di pewayangan, yaitu REPUBLIK PETRUK atau istilah wayangnya PETRUK DADI RATU. Lakon ini merupakan trilogi ketiga dari serial KISAH-KISAH REPUBLIK. Trilogi Pertama;REPUBLIK BAGONG, dipentaskan sebagai produksi ke-95 di Graha Bakti Budaya Taman Ismail Marzuki, April hingga Mei 2001. Trilogi Kedua; REPUBLIK TOGOG, digelar sebagai produksi ke-103, di Gedung Kesenian Jakarta dan GBB-TIM, Juli hingga Agustus dan Desember 2004.

Ini pementasan yang luar biasa, mengapa? Karena perpaduan yang serasi antara dialog, tari, nyanyi, musik dan lagu. Dialog yang panjang-panjang sama sekali tidak membosankan, seperti ketika Budi Ros yang menjadi PETRUK sekaligus sebagai pembawa cerita (dalang) dalam  lakon ini bercerita bagaimana dia (Petruk) bisa menjadi seorang Raja di negeri Lojitengara dengan gelar Prabu Petruk Belgeduwelbeh Tongtongsot. Sebuah nama panggilan sayang orang-orang yang mencintai PETRUK.
Dia  menceritajkan bagaimana kisah Mustakeweni (Cornelia Agatha) berhasil mencuri Jimat Kalimasada dengan cara menyamar sebagai Gatot Kaca. Srikandi,  yang kurang awas, terperdaya dan memberikan Jimat Kalimasada kepada Gatot Kaca yang merupakan jelmaan Mustakaweni. Ketika sadar, Srikandi pun tak mampu merebut kembali Jimat Kalimasada dari tangan Mustakaweni. Ini disebabkan ada campur tangan Raja Para Dewa yaitu Bathara Guru dan Bathara Narada.

Pada saat bersamaan, datang Satria Bagus yang ternyata adalah putra Raden Janoko, yaitu Priambada (Rangga Riantiarno). Lelaki tinggi tegap bagus ngembang bawang ini kebetulan sedang mencari ayahandanya. Singkat cerita, Srikandi bersedia menolong dengan syarat, Sang satria harus merebut kembali Jamus Kalimasada dari tangan Mustakaweni.

Ketika Priambada ketemu Mustakaweni, ternyata Mustakaweni malah kesengsem sama Priambada. Maklum putrid cantik ketemu pria yang gagah. Walaupun Muistakaweni adalah putra dari Raksasa Prabu Niwatakawaca, tapi putri itu cantik, seperti digambarkan oleh Cornelia Agatha, walaupun dengan pakaian yang ngerock, sepatu kulit lars panjang, rambut dicat  warna-warni, dan bagian dadanya dibiarkan terbuka. (Ehm,,,,). Sementara Priambada yang merupakan anak Raden Janoko (dari istri yang ke berapa embuh) diperankan oleh Rangga Riantiarno yang memang gagah dan tinggi tidak kalah dengan Cornelia Agatha.

Maka dalam perebutan Jimat Kalimasada terjadi peristiwa yang unik, yaitu Mustakeweni berperang tapi hanya berpura-pura, dan dia membiarkan Jimat Kalimasada direbut oleh Priambada. Ketungkul kedanan, dadine ya apa bae diwehna. Sementara mata dan tingkah polahnya menunjukan Mustakaweni cinta berat kepada Priambodo. Rupanya Priambodopun demikian juga. Akhirnya setelah Jimat Kalimasada berada di tangan Priambada, karena kerepotan (arep memadu kasih disit karo Mustakaweni ndean), maka Jimat Kalimasada dititipkan kepada Ki Lurah Petruk.

Kemudian, dua dewa;Kaladurgi dan Kanekaputra, memprovokasi agar Petruk memanfaatkan tuah Jimat Kalimasada. “Titipan harus dimaksimalkan, kekuasaan di depan mata, peluang tak bakal datang dua kali.” Begitu kira-kira bujukan mereka. Akhirnya Petruk tergoda. Dan berkat tuah Jimat Kalimasada, Petruk berhasil menaklukkan Kerajaan Lojitengara. Lalu dia diangkat sebagai Raja bergelar Prabu Petruk Belgeduwelbeh Tongtongsot. Dalam uriannya yang lebih lengkap, Petruk bercerita bahwa yang dikalahkan adalah Raja Jin Perempuan yang di bawah bibirnya ada tahi lalatnya yang besar (penonton tertawa karena mengarah ke salah satu mantan Presiden RI)
Maka terjadilah reformasi politik. Apa saja diperbolehkan.Korupsi, asal tidak ketahuan, oke-oke saja. Dengan lantang Petruk berkata; Demokrasi yang kureformasi adalah ESBEYE,,,,,S, (serba) B (Boleh) YE, ya YE!!

Lojitengara di bawah kepemimpinan Petruk menjadi makmur. Pejabat takut korupsi, kalaupun sampai tertangkap, maka dipenjarakan tapi diberi fasilitas yang baik he,,he,,he,,
Para polisi bersikap baik, dedikatif. KKN dan berbagai penyelewengan, atas nama demokrasi memang marak, tapi terkendali. Prabu Belgeduwelbeh santai saja. Malah dia banyak makan, banyak menyanyi, dan banyak menari. Raja-raja lain yang merasa terganggu dan tersaingi oleh Lojitengara, dan kemudian menyerang, dapat dikalahkan. Tetapi tidak diperbudak oleh Raja Petruk Belgeduwelbeh, melainkan diangkat sebagai saudara dan sekutu.

Karena Petruk dasarnya adalah orang desa, maka ketika tidurpun ngiler, dan ketika para pembantunya sudah bersiap rapat di kamar tidurnya, petruk masih belum bangun. Dengan santai, sambil menikmati makanan dan minuman yang disediakan pelayan dengan didorong ( kaya di hotel), Raja Petruk menerima laporan dari para pembantunya. Semua baik, semua beres.

Akhirnya, tanpa sepengetahuan Raja Petruk, salah seorang pembantunya (Menteri) mengirm surat tantangan ke kerajaan Amartapura yang dipimpin oleh Prabu Pandu Dewanata. Di kerajaan ini telah berkumpul Pandawa Lima dan penasehat Pandawa yaitu Prabu Kresan serta Semar, Gareng, dan Bawor. Sementara Petruk diberitakan pergi mengembara entah ke mana.

Begitu menerima surat tantangan dari negeri Lojitengara, tahulah sekarang bahwa Petruk kini sudah menjadi Raja. Maka atas saran dari Prabu Kresna, yang dijadikan Panglima Perang untuk menyerang Lojitengara adalah Ki Lurah Gareng.
Maka terjadilah peperangan diantara mereka yang lucu karena sebetulnya masing-masing sudah tahu siapa yang dihadapi sebagai musuh. Prabu Petruk tahu siapa Panglima Perangnya Amarta yaitu Gareng. Demikian juga Panglima Perang Gareng tahu Raja Lojitengara tidak lain adalah Petruk.

Akhirnya Lojitengara dapat ditundukan oleh Amarta, dan Prabu  Belgeduwelbeh Tongtongsot kembali menjelma sebagai Petruk. Sementara Para Pembantu Petruk ternyata adalah jelmaan Dewa Kaladurgi dan Kanekaratena (Narada)

Yang surprise, ternyata yang menjadi Semar adalah temanku dari IMB (Ikatan Mahasiswa Banyumas Lembah Serayu UNJ (Dulu IKIP) dari jurusan Bahasa Indonesia yang berasal dari Purbalingga, yaitu Supartono JW (Jawa). Tadinya waktu melihat nama Supartono JW di buku panduan, saya nggak percaya kalau itu Supartono Purbalingga. Eh, begitu saya dekati dan saya sapa ke Panggung setelah pertunjukan usai, memang benar dia adalah Supartono Purbalingga. Surprise banget, karena sudah 20 tahun tidak ketemu.

Di Panggung  itu juga aku manfaatkan untuk menyalami  Mba Cornelia Agatha yang sudah main all out sebagai Mustakaweni. Hem,,,kok Mba Cornellia badannya panas ya? Mungkin agak sakit karena  tiga Minggu kurang tidur.

No comments: