Monday, July 25, 2005

Menjadi Among Tamu

Hari itu, Sabtu,23 Juli 2005 adik ipar saya Endro Yuliasmoro melangsungkan pernikahannya di Gedung Yayasan Kanker Indonesia (YKI) di Jl. Danau sunter utara, Jakarta Utara. Didahului dengan akad nikah pada sekitar pukul 16.30, dan resepsi pernikahan pada pukul 19.30 WIB.
Ada yang lain pada peristiwa resepsi pernikahan kali ini. Yaitu ornamen dan setting gedung pernikahan yang sangat futuristik dan anggun dengan didominasi daun, bunga, dan pohon-pohon kecil sehingga ruangan terkesan dan terlihat sejuk, asri, dan sangat enak dipandang. Dengan MC yang profesional dan sound system yang prima, perhelatan itu menjadi sesuatu yang indah.

Peran aku dan istriku adalah sebagai pengiring pengantin dan among tamu. Mengenakan beskap jawa lengkap. Selain aku dan istri, pengiring pengantin didominasi oleh saudara dari pihak perempuan, diantaranya pasangan dari kakak Ajeng yang berasal dari Prancis. Jadilah arena percobaan bagi bule Prancis serta anak dan rekan-rekan anaknya yang asli bule memakai beskap lengkap Jawa

Dengan diiringi lagu-lagu instrumental slow rock, perhelatan berlangsung meriah. Para tamu nampak gembira. Diantara para tamu terlihat Om Wisnu yang dirut sebuah stasiun televisi. Juga Mba Lita Soewardi yang bintang sinetron. Ada juga banyak orang-orang banyumas yang berasal dari KAMABA senior serta handai taulan semua.

Ada satu hal yang sangat mendebarkan ketika resepsi sudah akan dimulai, sementara tidak ada air putih segelaspun untuk minum tamu. Bukannya tidak menyediakan, tapi toko minuman yang dipesan dengan beberapa dus aqua, coca cola, fanta dsb, sampai pukul 19.00 ternyata belum mengirimkan pesanannya. Padahal seharusnya pesanan minuman tadi sudah sampai di gedung pukul 15.00 wib. Akhirnya ada saudara yang mengambil langkah darurat dan tepat, yaitu membeli aqua gelas di tempat terdekat. Wah, deg-degan sampai jantungnya mau copot. Untung sebelum acara pemberian selamat kepada pengantin dimulai, aqua gelas sudah sampai di arena gedung dan secepatnya ditata oleh waiter.
Acara berlangsung sampai pukul 21.30. Sebuah peristiwa yang berkesan.

Saturday, July 16, 2005

Pulang Kampung

Tidak biasanya. Hari itu, Jum'at 8 Juli 2005, aku pulang kampung ke Purwokerto. Bersama dengan istri dan anakku Naufal yang berumur 5 tahun. Maka Jum'at pagi itu aku udah di Stasiun Gambir dengan diantar oleh adik iparku Endro. Dengan naik kereta Purwojaya kelas eksekutif, aku dan keluargaku berangkat menuju ke Purwokerto tepat jam 06.50 WIB. Perjalanan sangat menyenangkan. Di kereta yang full AC itu Naufal bahkan sempat main-main dan berlari-larian dekat pintu gerbong kereta. Kebetulan aku bertiga duduk di deretan paling depan gerbong Eksekutif 3 dengan nomor duduk 13 A, B, dan C.

Kurang lebih jam 13.15 wib kereta sampai di Stasiun Purwokerto. Aku sengaja tidak langsung menuju ke kampungku di desa Banjarparakan, kec. Rawalo, tapi mampir dan menginap dulu di Tipar Purwokerto. Maka dengan memakai dua becak aku meluncur ke rumah Bu Liknya istriku. Sampai di sana nggak lama kemudian aku sekeluarga jalan-jalan ke MORO yang saat itu ramai pengunjung.

Perjalanan kali ini memang lain dari biasanya, karena pulang kampung kali ini adalah dalam rangka menghadiri resepsi perkawinan keponakanku dari kakakku yang perempuan di Rawalo. Maka ketika sampai di Rawalo, banyak bertemu sanak saudara yang sudah puluhan tahun tidak ketemu.

Nggak lupa juga, aku sempatkan nyekar ke makam kedua orang tuaku di pemakaman desa Banjarparakan. Dengan menghubungi Bapak Kunci, aku sempat berziarah dan berdoa di "Cungkup" atau makam Mbah Wafik atau orang desa biasa menyebut Sunan Papak. Lega rasanya, soalnya lama nggak nyekar, sekarang mendapat kesempatan untuk nyekar ke makam orang tua sekaligus bisa berziarah dan berdoa di depan makam Sunan Papak.

Di desa, acara rutin adalah berkunjung ke saudara, diantaranya ke rumah Heri, keponakanku di Margasana. Kebetulan di belakang rumah keponakanku ada empang yang banyak ikan lelenya. Aku dan Naufal sempat mancing dan mendapat beberapa ekor lele. Wah seneng banget rasanya. Soalnya baru kali ini merasakan mancing yang dapatnya gampang banget,,,,wong ikannya ada 4 ribuan katanya,,,,,

Di kampung aku tinggal di Rumah Kakakku nomer 2 yaitu Mas Nasum dan istrinya Yu Yati. Singkat cerita, hari Senin sore aku kembali ke Purwokerto dengan diantar oleh keponakannya Yu Tiah. Di Purwokerto sempat makan rujak belong, dan mampir ke toko aneka sari untuk membeli oleh-oleh. Juga sempat beli 2 kaos dan 1 jaket di MORO untuk dibawa ke Jakarta. Hiks,,,,lucu, di Jakarta apa-apa ada, tapi beli pakaian malah di Purwokerto. Habis lupa bawa jaket, padahal di kereta Eksekutif Purwojaya kalau jalan malem rasanya dingin sekali. Wah kalau nggak pakai Jaket, bisa mengigil kedinginan. Terus, 2 kaos yang aku beli, nambah koleksi 1 kaos yang aku beli pas baru nyampe di Purwokerto. Kaosnya enak dipakai. Nggak pakai krah, tapi ada sakunya,,,,,wah di Jakarta nyarinya agak susah kayanya,,,,,

Di Purwokerto aku sempat jalan-jalan pagi ke alun-alun bersama Naufal, juga makan ayam tulang lunak "mbok Sarun", dan minum es kelapa kopyor campur coklat di Cafenya MORO,,,,wuah seger banget warah,,,,,Yang aku heran, waktu aku jalan-jalan pagi mau ke alun-alun, aku baca ada rumah makan yang jual "es gamelan" wah,,,,minuman apa lagi ini. Tapi aku belum sempat nyoba. Ada juga "es njepit" wah apamaning kiye,,,,,Juga belum sempat nyicipi. Ya mudah-mudahanlah lain waktu, kalau ke Purwokerto lagi nyobain es gamelan karo es njepit. Insya Allah.